Kamis, 25 April 2013

PENJABARAN MENGENAI SUFI PART 2

assalamu'alaikum wr.wb.


lanjutan dari
PENJABARAN MENGENAI SUFI PART 1



sumber:
serokan picis mobile blogs

2. Asal kata sufi itu dari kata Shaff, yang mana artinya adalah barisan. Adapun semua itu mengandung maksud maksud bahwa karena akan ketinggiannya iman serta taqwanya maka para sufi itu kelak pada hadapan Allah SWT, senantiasa berada pada barisan yang pertama . Tentu saja semua itu tidaklah mudah untuk diucapkan , semua haruslah diikuti dengan perbuatan yang benar-benar mencerminkan tingkah laku seorang muslim sejati yang berdarkan ajaran agama , sesuai dengan Al-Qur'an dan juga Hadist.


3. Kata sufi itu berasal dari kata sufah. Dahulu pada zaman jahiliyah , ada seorang lelaki yang gemar dalam mengerjakan ibadah disekeliling ka'bah dan nampaknya semua waktunya itu selalu dihabiskan untuk beribadah karenanya ia memperoleh julukan sufah tersebut. Adapun ia itu memiliki nama aslinya Ghouts bin Mur. Dan mengapa julukan itu disandangkan kepadanya semua itu , bertujuan bahwa disimak dari kepribadiannya sehari-hari , ternyata waktunya itu dihabiskan hanya untuk beribadah. Karena itulah ia pantas untuk memperoleh julukan atau sebutan itu disandangkan kepada non muslim dalam arti kata jahiliyah. Ini tidak dapat diterima , sebab sebutan sufi itu sangatlah mulia.

4. Sufi itu asalnya dari kata Shuffah, lalu kata ini dikaitkan dengan sebutan ahlus shuffah, yakni segolongan dari kaum Muhajirin dan Anshor yang sangat miskin, dimana disisi masjid Rasulullah SAW, adalah sebagai tempat tinggalnya , dan mereka tinggal dalam sebuah ruangan sisi masjid itu dalam beribadah.


Selain hanya beribadah yakni sholat, puasa , sholat malam, keluar untuk berperang dan juga belajar Al-Qur'an maka dalam sehari-harinya ,segolongan kaum miskin tersebut tak ada aktifitas lagi, mereka jika tidur hanya berbantalkan sebuah pelana kuda, jangankan untuk membuka usaha dagang, untuk membuka lahan pertanian, atau mungkin suatu keahlian dalam bidang tertentu sama sekali tak menpunyai, akibat dari miskinnya tersebut. Akan tetapi dari kalangan masyarakat yang awam mereka telah mengira bahwa segolongan orang tersebut , hidupnya selalu dalam kecukupan hasil dari pembagian rampasan perang lantaran meraka telah terlibat dalan peperangan dan juga jatah dari Rosulullah. Sebab itulah dari saking miskinnya , maka untuk menampung mereka semua itu di samping masjid Nabawi , telah dibangun oleh Rosullah SAW, sebagai tempat tinggalnya, walaupun demikian mereka tetap menjaga akan kebersihan dan kesucian dari tempat tinggalnya tersebut dari segala macam perbuatan juga ketulusan jiwa dan kesucian hatinya telah dipeliharanya, bahkan mereka senantiasa mendekatkan dirinya hanya kepada Alloh SWT. Sehingga mereka itu lebih akrab untuk dipanggil sebagai ahlus shuffah, dimana secara harfiyah berarti pemilik pelana atau dalam penjabarannya adalah suatu kaum yang rela dalam hidup sederhana hanya dengan berbantalkan pelana.


jika kita rama sekali tidak paham akan makna sufi itu sebenar-benarnya maka yang pasti dampak negatiflah yang akan muncul didalam memahami akan pengertian sufi itu sendiri. Berdasarkan pada uraian tersebut diatas bahwa segolongan orang yang sangat miskin telah tinggal disamping masjid Nabawi , sehingga yang demikian telah itulah yang seakan-akan menggambarkan bahwa sufi itu adalah kaitannya dengan suatu kehidupan miskin dan memperihatinkan , mungkin saja pendapat itu timbul dari pendapat yang tak mengerti akan makna sufi secara benar dan jelas. Selain hanya untuk beribadah mereka itu tak ada lagi yang dikerjakannya , sebab tidak adanya keahlian dalam suatu bidang atau lapangan pekerjaan tertentu, dan nampaknya kemiskinan mereka itu bukan lantaran kejahatan tangan seseorang atau sekelompok golongan ,bukan. Namun kemiskinan mereka itu hanya disebabkan oleh kepasrahannya dalam kungkungan nasibnya yang tak mau untuk merubhnya sendiri, bukankah didalam Al-Qur'an sudah diterngkan bahwa "Sesungguinya Alloh SWT , tidak akan merubah nasib seseorang jika orang tersebut tidak mau untuk merubahnya sendiri".


Coba kita simak , bukankah mausia itu diciptakan oleh Alloh SWT, sebaik-baiknya dan sesempurna makhluk-Nya dibandingkan dengan makhluk lainnya, mari kita tengok kebelakang untuk mengamati akan makhluk yang bernama ayam, dia itu hanya diberi oleh Alloh alat untuk berjalan dua, dari dua alat tersebut dia selalu mengorek-orek tanah gunanya untuk mendapatkan makanan, makhluk yang namanya ayam itu saja memiliki insting untuk mencari rizqinya , lalu mengapa dengan kita yang telah diciptakan oleh-Nya dengan anggota tubuh yang amat sempurna tak mau untuk mencari dan mencari untuk kehidupan kita sendiri ?. Memang ada benarnya jika seseorang itu mempunyai pendapat bahwa sufi itu erat dengan kemiskinan, jika dikaitkan dengan pendapat yang didepen. Semua itu yang telah dirujukkan pada pengaruh akan pengertian sufi dari aliran ahlus shiffah. Dimana mereka meninggalkan akan kehidupan dunia dengan cara berpakaian kumal serta lusuh pokoknya layaknya seorang pengemis dan hanya mementikan akan kehidupan akhirat belaka.


Bahkan ada juga yang mengutarakan pendapatnya , bahwa sufi itu asalnya dari kata Shuf dimana artinya adalah bulu domb, yang mana pendapat ini dikaitkan pada orang-orang yang memakai pakaian bulu domba atau wol. Disamping itu pula ada yang memakai pakaian bulu itu berasal dari kata shofa berartikan bening, karenanya untuk yang lebih pas menenai kata sufi berikut ini, yang dijelaskan oleh Abu Al-Fath Al Basti , yang mana kata sufi itu disandarkan pada kota shofa yaitu bening hati. Dimana ciri khas tersendiri dari seorang sufi itu ialah hatinya haruslah bening serta juga bersih pula hatinya.

Ternyata dari sekian banyaknya pendapat akan kata sufi , bagi diri penulis pribadi nampaknya lebih memilih pada keterangan atau pendapat yang akhir ini, yakni kata sufi yang identik dengan makna bersihnya hati ya mana hal ini telah menggambarkan akan karakter sufi yang sejati. Dari pengertian demikian ini ternyata tak ada pendapat yang bersifat negatif , juga tak ada kesan yang bersifat nyleneh yang biasa dibuat-buat melainkan sufi itu adalah segolongan orang yang selalu berikhtiar untuk membersihkan hatinya supaya dapat selalu berdekatan dengan Alloh SWT, sehingga hal ini pas sekali dengan semangat ajaran tasawwuf itu sendiri, dimana intinya adalah pembersihan hati.



wassalamu'alaikum wr.wb.

Rabu, 24 April 2013

penjabaran mengenai tokoh sufi part 1

assalamu'alaikum wr.wb.

Ingat wahai para hamba Allah SWT. yang telah memperoleh akan kasih sayang-Nya. Sungguh kaidah-kaidah ajaran sufi itu telah di bangun oleh para guru kaum sufi atas dasar prinsi ketauhidan yang benar. Mereka memelihara dari segala macam perbuatan bid'ah serta mendekatkannya sesuatu yang mereka peroleh dari para kaum terdahulu juga dari ahli sunnah , yakni mereka mengikuti ajakan jejak Rasulullah, dimana tidak mereka temui dari ajarannya tersebut, unsur-unsur penyamaan pada Al-Kholiq serta peniadaan. Sehingga segala sesuatunya itu telah mereka definisikan dengan penyandaran kepada kepunyaan yang Maha Tunggal yakni Haqqul Qadam di mana alam yang baru itu adalah milik Dzat Yang Maha Terdahulu, yang mana dinyatakan bahwa segala sesuatu yang ada itu dengan sifat Ketiadaan (ada yang bersifat nisbi).

"Tauhid itu adalah suatu peng-Esaan pada yang lama dari yang baru". Hal itu adalah menurut pendapat dari guru sufi terbesar yang bernama Imam Al-junaidi, semoga rahmatnya senantiasa selalu bersamanya. Bahkan mengenai beberapa ketentuan dasar hukum mengenai akidah telah di garikan berdasarkan dalil-dalil yang jelas dan juga kesaksian-kesaksian yang nampak oleh sejumlah pebesar kaum sufi.

Oleh sebab itu tapak-tapak kaki penipu sudah pasti dan jelas akan menjerumuskan seseorang kelembah nafsu kerusakan, jika orang tersebut agamanya belumlah di dirikan di atas ilmu tauhid dengan satu kesaksian dari bermacam kesaksian atau pembuktian akan ke Esaan Allah yang berdasarkan pada keyakinan serta sikap yang nyata setelah memasuki alam logika yang benar. Semua itu adalah menurut dari pernyataan Imam Ahmad bin Muhammad Al-jariri. Dimana ungkapan di atas itu mengandung arti bahwa seseorang itu akan jatuh dari jalan yang bisa untuk menyelamatkan dirinya jika orang tersebut mengikuti saja pada sesuatu pendapat tanpa dia mengerti dulu akan dasar serta tujuannya , bahkan mengenai dalil-dalil tauhidnya, yang mana hal yang bisa untuk menyelamatkan dirinya itu adalah sunnah Rasulullah SAW. Sehingga ia akan menjadi tertawaan dalam lembah kerusakan. Akan tetapi lain lagi dengan orang yang senantiasa meneliti serta merenungkan akan ucapan, serta kalimat yang telah diucapkan oleh para guru sufi , diamatinya dengan benar dan seksama , serta sungguh-sungguh, karenanya dalam berapa pendapat, kesepakatan juga perbedaan antara mereka akan ditemui sesuatu yang akan bisa untuk memperkuat perenungannya, dengan suatu hasil ringkasan bahwa hakekat kebenaran itu tidak akan di lupakan oleh suatu kaum dalam proses pencarian hakekat dari tujuan akhir dan juga rohaninya tidak bisa mi'raj ke langit dalam pencariannya tersebut ia tflah berpijak pada kelupaan.

A. MAKNA SUFI YANG SEBENARNYA


Sebelum kita melangkah lebih dalam, maka kita haruslah mengerti apa sebenarnya makna dari kata sufi tersebut. Sebenarnya di zaman Nabi itu sendiri kata sufi tidaklah di jumpai baik secara jelas, baik dalam Al-Qur'an , apalagi dalam hadist. Hanya saja kata sufi disini hanyalah merupakan suatu julukan atau gelar bagi seseorang, namun demikian banyak dari kalangan para ahli yang mencoba untuk menggali akan sumber asli kata tersebut , dengan tujuan dan harapan bahwa makna yang sebenarnya itu dapat di ketahui dengan jelas.

Meskipun demikian disini masih banyak terdapat banyak pendapat dimana kata sufi itu memiliki beberapa penyandaran antara lain:
1.<< Kata sufi itu asalnya dari perbendaharaan kata Yunani yakni diambil dari kata sophia dimana artinya adalah kebijaksanaan. Dan nampaknya kata-kata tersebut pula sebagai akar kata dari filsafat.
Berikut ini adalah pendapat yang datangnya dari para Orientalis, adapun ungkapan katanya itu berbunyi "Kala orang-orang Arab berfilsafat dalam masalah ibadah, karenanya kata itu diubahnya dengan kata sufi, sehingga kata tersebut bagi kaum yang senang dalam beribadah juga untuk berfilsafat keagamaan, maka kata sufi itulah sebagai kata sebutannya.


Karenanya dari kacamata ilmiah , kata tersebut tidaklah dapat untuk diterima ,bahkan kata itu juga tidaklah berdasarkan , bahkan bisa pula untuk mengacaukan pengertian dari kata tasawwuf atau sufi, hal ini adalah menurut pendapanya Thaha A. Baqi Surur. Sesungguhnya dari dulu yang namanya kaum orientalis itu ingin sekali untuk memporak-porandakan ajaran Islam yang disertai bermcam-macam aturan liciknya, maka mereka memasukkan suatu pendapat yang tak ada dasarnya ke dalam ajaran Islam , dengan tujuan supaya mereka orang-orang awam dalam hal agama dengan mudahnya untuk menerima atau melaksanakan pendapat tersebut yang berakibat sangat vatal selali, karenanya jika kita tak mau untuk dikatakan sebagai kaum yang salah maka hendaklah dimengerti terlebih dahulu akan datangnya pendapat-pendapatyang sumbernya bukan berasal dari hadits atau Al-Qur'an, sebelm kita mengikuti akan suatu pendapat , konsultasikanlah dahulu dengan mereka yang lebih menguasai dalam masalah agama, jika kita itu menerima pendapat yang dilontarkan oleh kaum orientalis seperti yang telah disebutkan diatas, maka berti kita berpartisipasi tradisi dari masyarakat Yunani.


sekian dulu
wassalamu'alaikum wr.wb